Hallo gaaiis, selamat
datang kembali di blog gue hehehe. Kalo kemaren gue bahas tentang manajemen
keuangan, tapi kali ini gue bakalan bahas mengenai “Analisa Kelayakan
Bisnis/Investasi”. Nah tentunya kita butuh analisa ini untuk membantu kita
dalam menjalankan bisnis. Seperti biasa bakal gue awalin dengan definisi. Apa
si “Analisa Kelayakan Bisnis/Investasi itu ?”. Analisa itu sendiri berarti suatu usaha untuk mengamati secara
detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen
pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Sedangkan kelayakan
bisnis adalah kegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha yang akan
dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan. Nah maka bisa diambil kesimpulan,
analisa kelayakan bisnis/investasi adalah usaha untuk mengamati secara detail
mengenai suatu kegiatan atau usaha yang akan dijalankan, untuk menentukan layak
atau tidaknya suatu bisnis dijalankan dengan di kaji lebih lanjut.
Layak atau tidaknya
sebuah keputusan investasi/bisnis dianalisis dengan berbagai cara dan kriteria.
Penilaian investasi yang "layak" bisa diberikan dengan membandingkan
dengan kecenderungan rata-rata industri sejenis. Dalam mengukur atau
menganalsia bisnis/investasi lebih baik menggunakan lebih dari satu metode
karena dengan metode yang semakin banyak maka gambaran akan semakin lebih
lengkap dan keputusan investasi bisa lebih tertarget dan menghasilkan
keuntungan yang maksimal.
Berikut adalah beberapa
metode yang umum digunakan oleh perusahaan-perusahaan :
a. A. Metode Payback Period (PP)
Analisa
metode penilaian investasi payback period adalah sebuah metode untuk mengetahui
kapan waktu kembalinya dana investasi yang telah dikeluarkan. Payback period
mengukur lamanya dana investasi yang dikeluarkan perusahaan akan kembali
seluruhnya seperti awal mula.
Dengan
menggunakan metode ini, kita akan mengetahui berapa lama sebuah investasi bisa
dikembalikan ketika terjadi BEP (break even point ) atau titik impas.
Perhitungan
metode ini dilakukan dengan menghitung periode waktu yang dibutuhkan ketika
jumlah arus kas yang masuk sama dengan jumlah arus kas yang keluar.
Secara
umum, kalo misalnya hasil payback periode itu menunjukkan periode pengembalian
yang lebih cepat maka investasi itu layak dijalankan. Dan sebaliknya kalo hasil
payback periode itu menunjukkan periode pengembalian yang lebih lama maka
investasi itu ga layak dijalankan. Kalo ada lebih dari satu jenis investasi
yang ditawarin, sebaiknya kita ambil periode pengembalian yang paling singkat.
Analisa
metode payback period hanya disarankan untuk memperoleh tambahan informasi
mengenai kecepatan waktu pengembalian dana yang akan diiinvestasikan. Seperti
perusahaan teknologi contohnya handphone yang setiap bulan bahkan muncul produk
baru yang membuat produk sebelumnya menjadi usang. Padahal masih baru.
Kelebihan
Payback Period :
1. Payback period memberi
informasi tentang kapan lamanya dana investasi akan kembali.
2. Payback period memberi
informasi tentang jangka waktu break even poin
3. Payback period bisa menjadi
alat pertimbangan sebuah resiko. Semakin pendek payback period, semakin kecil
resiko kerugian. Begitu juga sebaliknya.
4. Payback period bisa membandingkan
dua jenis investasi yang mempunyai return dan resiko yang sama dengan hanya
melihat lamanya tempo pengembalian atas investasi. Payback period yang lebih
pendek itulah yang disarankan untuk dipilih.
5. Dampak investasi yang
berhubungan dengan masalah likuiditas perusahaan bisa diminialisir.
Kekurangan
Payback Period :
1.
Payback period mengabaikan proceeds atau penerimaan investasi yang diperoleh
setelah masa payback period tercapai.
2.
Payback period tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (value of money)
3.
Payback period tidak memiliki informasi tentang tambahan value yang bisa
diterima perusahaan.
4.
Payback period hanya mengukur rentang waktu kembalinya dana investasi. Tidak
menganalisa keuntungan investasi/proyek pembangunan yang sudah direncanakan
Rumus
PP :
PP =
n + (a-b) / (c-b) x 1 tahun.
Keterangan :
PP = pengembalian modal.
n = tahun terakhir saat
jumlah besaran arus kas masih belum dapat menutup besaran investasi semula.
a = jumlah besaran
investasi semula.
b = besaran total kumulatif
dari arus kas pada periode tahun ke – n.
c = besaran total
kumulatif dari arus kas pada periode tahun ke – n.
a. B. Benefit Cost Ratio
Benefit Cost Ratio merupakan sebuah perbandingan antara
semua nilai benefit terhadap semua nilai pengorbanan atau biaya. Pada
dasarnya perhitungan metode kelayakan investasi ini lebih menekankan kepada
benefit (manfaat) dan perngorbanan (biaya/ cost) suatu invetasi, bisa berupa
usaha, atau proyek. Pada umumnya jenis invetasi yang sering digunakan adalah
proyek-proyek pemerintah dimana benefitnya jenis benefit langsung, manfaatnya
akan terasa langsung pada masyarakat banyak. Secara matematis, dapat dituliskan melalui persamaan sebagai
berikut :
BCR = (Present Value dari Manfaat
/ Present Value dari Pengorbanan atau biaya)
Nilai sekarang atau present value adalah berapa
nilai uang saat ini untuk nilai tertentu di masa yang akan datang.
Nilai present
value ini dapat kita hitung menggunakan persamaan sebagai
berikut :
PV = Fn/ ( 1 + r ) n
Dimana
:
Fn =
Future value ( nilai pada akhir tahun ke n )
PV = ( Nilai sekarang ( nilai pada tahun ke 0 )
r = Suku bunga
n = Jumlah Waktu ( tahun )
Untuk kriteria
pengambilan keputusan untuk alternatif tunggal adalah dengan cara melihat nilai
dari B/C apakah besar dari sama dengan satu atau kecil dari satu.
-Jika
B/C ≥ 1 , maka alternatif investasi atau proyek layak (feasible), diterima
-Jika
B/C < 1 , maka alternatif investasi atau proyek tidak layak (not feasible)
Alternatif
Majemuk
Benefit Cost Ratio banyak merupakan alternatif yang jumlahnya lebih dari satu. Untuk menghitung analisis alternatif banyak maka harus dilakukan secara inkremental seperti pada rate of return. Kriteria pengembalian keputusan berdasarkan nilai B/C yang diperoleh. Jika dari 2 alternatif yang dibandingkan diperoleh nilai B/C ≥1 , maka alternatif dengan biaya yang lebih besarlah yang dipilih. Namun jika dari dua alternatif yang dibandingkan diperoleh nilai B/C<1, maka alternatif dengan biaya yang lebih kecil yang dipilih.
a. C. Net Present Value
Metode
penilaian investasi net present value (NPV) adalah selisih antara nilai
sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan uang kas bersih
dimasa mendatang. Dalam perhitungan net present value diperlukan data-data
mengenai perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan, biaya investasi dan
prakiraan keuntungan dari investasi yang sedang direncanakan. Keputusan dengan
menggunakan analisa NPV ini ada dua kemungkinan.
•
Kalo selisih antara nilai sekarang dari arus kas lebih besar yang berarti nilai
NPV positif. Maka investasi tersebut layak untuk dijalankan.
•
Kalo selisih antara nilai sekarang dari arus kas lebih kecil yang berarti nilai
NPV negatif. Maka investasi tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Kelebihan Analisa Metode Net Present Value.
1.
Nilai waktu dari uang turut diperhitungkan
2.
Nilai sisa proyek/investasi turut diperhitungkan
3.
Arus kas selama masa investasi proyek turut diperhitungkan
Kekurangan Analisa Metode Net Present Value
1.
Apabila proyek mempunyai nilai investasi yang beda, dan jangka waktu yang juga
berbeda. Maka nilai NPV yang lebih tinggi belum tentu menunjukkan investasi
tersebut lebih baik
2.
Manajer keuangan harus bisa menghitung tingkat biaya modal selama masa
investasi
3.
Kelayakan investasi tidak hanya dipengaruhi oleh besar kecilnya arus kas.
Faktor usia lamanya investasi juga bisa mempengaruhi.
Rumus
NPV :
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + … + (Ct/(1+r)t) – C0
atau
Keterangan
:
NPV
= Net Present Value (dalam Rupiah)
Ct
= (arus kas per tahun pada periode t)
r
= suku bunga atau discount rate dalam %
C0 = Nilai Investasi awal pada tahun ke 0 (dalam
Rupiah)
Contoh
Kasus Perhitungan NPV (Net Present Value)
Anda
mempunyai usaha di bidang kuliner ingin
membeli mobil untuk delivery makanan. Harga mobil yang baru tersebut adalah
sebesar Rp. 150 juta dengan suku bunga pinjaman sebesar 12% per tahun. Arus Kas
yang masuk diestimasikan sekitar Rp. 50 juta per tahun selama 5 tahun. Apakah rencana
investasi pembelian mpbil ini dapat dilanjutkan?
Penyelesaiannya :
Diketahui :
Ct = Rp. 50 juta
C0 = Rp. 150 juta
r = 12% (0,12)
Jawaban :
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5)
– 150
NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Jadi nilai NPV-nya adalah sebesar Rp. 30,24 juta.
D. Metode Internal Rate of Return
Analisa metode penilaian Internal Rate
of Return (IRR) adalah metode analisa investasi dengan menghitung tingkat suku
bunga yang menyamakan present value (nilai sekarang) investasi saat ini dengan
present value dari penerimaan arus kas dimasa yang akan datang. Metode IRR ini
mungkin metode yang paling sering dilakukan. Mungkin karena mudah digunakan dan
banyak yang beranggapan dan percaya bahwa perhitungan IRR adalah hitungan yang
menunjukkan tingkat return yang sebenarnya..
Dari angka yang didapat,
IRR yang lebih besar dari cost of capital maka menggambarkan bahwa investasi
yang dilakukan akan menghasilkan return lebih besar dari yang
dirancang sebelumnya. Artinya, perusahaan disarankan menerima atau menjalankan
proyek investasi tersebut. Sebaliknya, IRR yang lebih kecil
ketimbang cost
of capital memberi gambaran bahwa investasi yang dilakukan
akan menghasilkan return lebih kecil dari yang ditargetkan sehingga
perusahaan lebih baik menolak proyek tersebut.
Kelebihan Internal Rate of Return
1. Metode IRR tidak mengabaikan nilai
waktu dari uang
2. Dasar perhitungan menggunakan aliran
arus kas.
3. Tidak berefek pada aliran arus kas
selama periode investasi
4. Hasil perhitungan dalam bentuk
prosentase. Pengambilan keputusan investasi bisa membuat prakiraan apabila
discount rate tidak diketahui.
5. Metode IRR lebih mengutamakan cash
initial atau kas awal daripada arus kas belakangan.
Kekurangan Internal Rate of Return
1. Membutuhkan perhitungan biaya modal
yang menjadi batas terbawah dari nilai yang kemungkinan bisa dicapai
2. Perhitungan IRR lebih rumit
dibandingan metode yang lain. Harus trial and error apabila tidak menggunakan
software.
3. Tidak dapat membedakan antara
proyek/investasi yang memiliki perbedaan dalam ukuran dan keadaan investasi.
4. Dalam perhitungan bisa menghasilkan
hasil IRR ganda atau bahkan tidak menghasilkan nilai IRR sama sekali.
Rumus IRR :
IRR = rk + ( NPV rk / (TPV rk – TPV rb))x (rb-rk)
Keterangan:
- IRR
= Internal Rate of Return
- rk
= tingkat bunga yang lebih kecil (rendah)
- rb
= tingkat bunga yang lebih besar (tinggi)
- NPV
rk = Net Present Value pada tingkat bunga kecik
- TPV
rk = Total Present Value pada tingkat bunga kecil
- TPV
rb = Total Present Value pada tingkat bunga yang besar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar